Kolomdata.id — Awalnya, Nayla Fasya Ramadhani hanya mengeluh sakit di bagian ulu hati. Saat ditangani di RSUD I Lagaligo, dia didiagnosis terkena virus morbili. Sehari setelah menjalani perawatan medis, remaja berusia 14 tahun itu dinyatakan meninggal dunia, Senin, (15/09/2025).
Tepat pukul 19.07 WITA, pihak RSUD I Lagaligo Wotu menyatakan Nyala Fasya Ramadhani meninggal dunia. Pasien rujukan Puskesmas Malili yang awalnya didiagnosis abdominal pain dan Ispa, didiagnosis morbili lagi oleh pihak RSUD I Lagaligo.
Morbili disebut campak. Penyakit akibat infeksi virus yang ditandai demam, sakit tenggorokan, dan ruam di seluruh tubuh.
Abdominal pain adalah ketidaknyamanan yang bisa terjadi di mana saja di daerah perut, yaitu antara tulang rusuk hingga panggul. Sementara Ispa adalah gangguan pernapasan yang umum dialami di Indonesia.
Kematian Nayla belum diterima pihak keluarga. Dianggap ganjal. Ada indikasi dugaan malapraktek medis. “Saya akan laporkan ke Polres Luwu Timur,” kata Sangkala usai mengebumikan keponakannya di Pemakaman Umum Lakaloi, Selasa, (16/09/2025).
Sangkala ingat betul, keponakan perempuannya itu mengalami keluhan sakit di bagian ulu hati. Badannya panas (demam), Rabu, (10/09/2025). Penyakitnya ditangani dokter di Puskesmas Malili. Ia rawat inap.
Selama tiga malam rawat inap di Puskesmas Malili, penyakit Nayla tak kunjung ada perubahan. Sehingga, pihak keluarga meminta Puskesmas Malili merujuk pasien ke RSUD I Lagaligo Wotu, Sabtu, (13/09/2025).
“Waktu itu tidak ada perubahan. Na lilit badannya Nayla karena sakit sekali ulu hatinya. Makanya kita minta dirujuk. Malamnya baru dirujuk ke RSUD I Lagaligo,” ungkap Sangkala.
Nayla tiba di UGD RSUD I Lagaligo sekitar pukul 22.13 WITA. Kemudian di masukkan ke ruang perawatan Mahalona 3 (ruang perawatan anak) sekitar pukul 23.10 WITA. Selama 32 Nayla di rawat di ruangan ini.
Senin, (15/09/2025), badan Nayla muncul bintik-bintik. “Kita bilang ini sarampa. Kita tanya perawat dia bilang Iya. Dan saat itu, panasnya naik. Jadi disuntikkan obat. Entah berapa kali itu. Yang jelas, naik panasnya disuntik lagi,” ingat Sangkala.
Karena virus “sarampa” itu, Nayla dirawat di ruang Isolasi. Diperlakukan seperti seorang tahanan. Karena ruangan pengap. Tak ada toilet.
“Di ruangan ini dikasi sendiri. Kejam sekali. Katanya kena virus. Di sini ruangan isolasi, pengap. Tidak ada WC. Pasien harus jalan kaki jauh kalau mau buang air kecil,” tutur Sangkala dengan nada kesal.
Ba’da Asar, Nayla disuntikkan lagi obat. Beberapa menit kemudian sambung Sangkala, Nayla kejang-kejang. Setelah itu, tak sadarkan diri. Setengah badannya sudah kaku.
Ba’da magrib, dikira Nayla sempat bereaksi. Siuman. Tapi hanya muntah. Berbusa. Berulangkali hingga muntahnya pun keluar dari lubang hidung. “Kemudian dia (Nayla) menghembuskan napas terakhir,” tutur Sangkala meneteskan air mata.
Nayla anak yang sangat ceria. Dia sekolah di MTS As’adiyah Malili. Aktif di kegiatan ekstrakulikuler Pramuka. “Sekali lagi, ada keganjalan dalam kematian ponakan saya. Kami keluarga tidak terima ini,” kata Sangkala dengan tegas.
Bupati Luwu Timur, Irwan Bachri Syam sudah menerima laporan dari pihak RSUD I Lagaligo. Laporan yang diterima diteruskan kepada kolomdata.id.
Begini isi keterangan RSUD I Lagaligo Wotu kepada Bupati Luwu Timur yang diteruskan kepada kolomdata.id
“Nama pasien : Naila Fhasa R/ 14 Thn
Masuk di UGD hari sabtu tgl 13 Sep jam 22.13 rujukan dari puskesmas malili. Diagnosis awal Abdominal pain dan Ispa.
Masuk di ruang perawatan jam 23.10 di Mahalona 3. Dirawat di ruang perawatan anak, selama 32 jam, sampai tgl 15 Sep 2025.
Hari senin, tgl 15 pagi jam 09.00 dipindahkan ke ruang isolasi karena muncul tanda-tanda penyakit penyakit virus (morbili). Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan foto rontgen dan telah terjadi infeksi pada paru-paru (pnemoni). Hal ini bisa disebabkan oleh komplikasi dari morbili. Menurut keterangan dokter ahli anak kemungkinan juga sudah menyebar ke otak (ensefalitis) sehingga pasien kejang dan kondisi memburuk. Pasien meninggal jam 19.07, tanggal 15 mei 2025.
Pasien sudah diberikan penangan dan pengobatan sesuai SOP.
Kondisi ruangan rapi. Tersedia oksigen sentral. Ruang Isolasi memang memakai kipas angin dengan tujuan sirkulasi udara lancar. Kami menyampaikan permohonan maaf karena WC akan dilakukan renovasi.”
Irwan Bachri syam meminta agar mengkonfirmasi Direktur RSUD I Lagaligo. “Bisa konfirmasi ki jg lngsung ke direktur RS lagaligo,” kata Irwan kepada kolomdata.id
Sayangnya, Direktur RSUD I Lagaligo, dr Irfan belum memberikan keterangan sama sekali. Upaya konfirmasi kolomdata.id, belum ditanggapi. (*)