Kolomdata.id – Kota Makassar menginjak usia yang kian matang. 418 tahun hadir merajut harmoni dalam bingkai inklusi.
Dibawah kepemimpinan Munafri-Aliyah, kemakmuran kini menjadi tujuan mulia yang semakin pasti. Kotanya maju, rakyatnya sejahtera.
Munafri sempat berbagi pandangan dan refleksi, seputar pengalamannya memimpin kota metropolitan di Timur Indonesia. Penuh tantangan, namun menarik.
“Menarik sih, punya tantangan tersendiri. Makassar kota hub, masyarakatnya lebih heterogen dan sangat dinamis. Kita harus memperhatikan dan mengakomodir berbagai macam kepentingan yang ada di dalamnya,” ujarnya.
Kata dia, dalam birokrasi ada banyak aturan yang harus ditaati. Sehingga, mengakomodir semua kepentingan masyarakat, harus adil.
Menurutnya, memimpin kota besar seperti Makassar menuntut keseimbangan antara kebijakan, komunikasi, dan empati.
“Kita tidak bisa membuat semua orang bahagia, tapi setidaknya kita bisa membuat lebih banyak yang merasa terlayani dengan baik. Ini menjadi tantangan besar tetapi menarik,” tuturnya.
Tahun ini, pada HUT ke-418, pemkot mengusung tema “Merajut Harmoni dan Membangun Kebersamaan”. Ini mencerminkan semangat persatuan, sekaligus simbol persatuan.
“Filosofinya, kami lahir dari proses pemilihan langsung dengan beberapa kandidat. Ini ulang tahun pertama setelah kami terpilih. Pesan kami jelas, kontestas sudah selesai, sekarang saatnya bersatu,” jelasnya.
Dia menegaskan, tidak boleh lagi bicara siapa tim siapa. Kalau tidak bersatu, kota ini milik bersama. Ia ingin semua pihak ikut berkontribusi.
“Dari pihak yang dulu berseberangan pun, kalau punya ide bagus untuk kota ini, ayo datang, kita diskusikan. Masa kontestasi sudah lewat, sekarang waktunya bersama-sama membangun Makassar,” tegasnya.
Dalam perayaan HUT ke-418 Makassar nanti, Pemkot akan melibatkan masyarakat seluas-luasnya melalui kegiatan” 100% Makassar”.
Seluruh pengisi acara merupakan warga Makassar dari berbagai usia dan latar belakang. Pemkot bertindak sebagai panitia, agar perayaan ini menjadi milik warga.
Pemerintah memang tidak boleh memaksakan kehendak. Mereka harus mendengar warganya, agar masyarakat merasakan kehadiran pemerintah dalam kehidupan mereka.
“Itu inti dari pemerintahan yang kami bangun. Pelayanan publik yang responsif dan manusiawi,” jelasnya. (*)










